Selasa, 01 September 2009

ASAL MUASAL KERIS DI WILAYAH DOMPU NTB


 Ma Huan, pengelana Cina yang sempat berkunjung ke Majapahit tahun 1416, dalam bukunya Yingyai Sheng-lan, menggambarkan, Kompas/rulhampir semua laki-laki di Majapahit memakai pulak - semacam
belati lurus ataupun berkelok-kelok.
Keris ini kemudian diperkirakan menyebar ke wilayah kekuasaan Majapahit (abad XIV-XV) seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku,
Bali, lalu masuk Pulau Lombok dan Sumbawa (Dompu, Bima dan Taliwang - arah
selatan Sumbawa Besar Ibu Kota Kabupaten Sumbawa sekarang)-lewat dua rute,
yaitu lintas utara (melalui Bugis Makassar, Sulsel), dan lintas barat (Bali dan NTB bagian barat). Ini mungkin terjadi setelah masa keruntuhan Majapahit (abad XV), saat Lombok
dan Sumbawa menjadi rebutan kekuasaan, khususnya Kerajaan Klungkung (Raja Dalem Sagening), Bali, dengan Kerajaan Goa Makassar (Raja Alaudin).
Pembagian wilayah mengakhiri konflik ini diperkuat oleh Perjanjian Sagening
tahun 1624. Bisa jadi pada periode inilah keris sebagai senjata bela diri dibuat secara massal di Lombok yang dikisahkan terdiri dari kerajaan kecil,dan gampang 'diadu-domba'.
Keris atau dhuwung dan disebut juga curiga ( Bahasa Dompu SAMPARI ), yang juga dinamakan tosan aji (tosan--besi, aji--dihormati karena dianggap bertuah). Keris atau tosan aji adalah jenis senjata yang dianggap bertuah atau keramat. Keris disamping diyakini sebagai benda bertuah atau keramat, juga sering dikaitkan dengan adanya kekuatan “gaib” Oleh karena itu dalam kehidupan masyarakat khususnya di Dompu hal itu juga dipandang sebagai pusaka (Sampari).



1 komentar:

  1. Sekedar urun pemikiran untuk Pemkab Dompu Lapangan golf Doro Ncanga : Kalau ingin lapangan golf ini "dilirik" oleh para Golfer, seyogyanya rumputnya juga menggunakan rumput yang standard (terutama pada area "green" nya. View yang luar biasa ini bisa menjadi lapangan golf favorit di Indonesia

    BalasHapus